Selasa, 22 Desember 2009

Jilbab Itu Alami dan Syar'i

Jilbab itu apa ya...?
Menurut tafsir Jalalain (jilid 3 :1083), jilbab adalah sebagai kain yang dipakai oleh seorang wanita untuk menutupi tubuh. Sementara menurut bahasa Arab, jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, dada dan bagian belakang tubuhnya (lisanul Arab).


Fenomena Jilbab Internasional
Jilbab saat ini telah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia. dikenal berbagai penyebutan jilbab pada masyarakat dunia. Jilbab disebut veil (Inggris), chador (Iran), abaya (Irak), pardeh (India dan Pakistan), hijab (Mesir), jilbab (Indonesia). Bahkan, pada setiap tanggal 4 September diperingati sebagai hari jilbab internasional. Jilbab tidak hanya dikalangan tertentu saja hampir disemua kalangan sosial menggunakan jilbab, artis, mentri, guru, dosen dan lain sebagainya.

Mengapa Wanita di Syariatkan Berjilbab?
Lihatlah dalam Al-Quran surah Al Ahzab : 59, "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Ayat tersebut Allah memuliakan kita agar lebih mudah dikenali dan tidak terganggu. Bukan menjadikan wanita sebagai makhluk yang 'disembunyikan'.


Landasan Ilmiah Dibalik Syariat Jilbab?
1. Mencegah radiasi sinar ultra violet C yang merupakan penyebab terjadinya kanker kulit (FKUI). Radiasi ultraviolet memicu terbentuknya ikatan antara basa pirimidin pada molekul DNA. Normalnya, DNA dapat memperbaiki diri sendiri. Akan tetapi karena terjadinya radiasi, DNA kehilangan kemampuannya sehingga menyebabkan terjadinya kanker kulit.

2. Anjuran menutupi seluruh tubuh hanya terjadi pada wanita karena kulit wanita lebih tipis dari pada kulit pria. Juga karena wanita memiliki pigmen yang lebih sedikit dibanding pria.

3. Ternyata, wajah dan telapak tangan sudah cukup bagi tubuh untuk menyerap sinar matahari yang dibutuhkan (Vitamin D). Vitamin tersebut dibutuhkan oleh tulang, yaitu sinar matahari yang bersinar pada jam 06.00 sampai 09.00 WIB. Justru, akan menimbulkan resiko kerapuhan tulang (osteoporosis) bagi yang menutupi seluruh wajah dan telapak tangan (hasil riset DR.Dewi Inong, dosen FKUI, dan seminar kesehatan lansia di Cibubur).

4. Kerontokan rambut dan ketombe tidak disebabkan karena pemakaian jilbab, tapi karena perawatan rambut yang kurang baik (FKUI).


Tips Jilbab Sehat
Berikut 5 tips agar dapat menggunakan jilbab secara sehat.
1. HINDARI menyisir rambut ketika basah, gunakan sisir yang bergerigi jarang.
2. HINDARI mengunakan jilbab ketika rambut basah, biarkan rambut kering alami, jika menggunakan hair draier gunakan temperatur rendah jarak 10-15 cm dari rambut.
3. Tidak mengikat rambut terlalu kencang, atau menggunakan karet gelang untuk mengurangi resiko rambut rontok atau patah, biasakan mengurai rambut saat menggunakan jilbab.
4. Pilihlah jilbab dengan model yang tidak panas dan nyaman digunakan, menyerap keringat, dan jangan gunakan jilbab lebih dari 3 lapis karena akan meningkatkan kelembaban dan memudahkan pertumbuhan jamur
5. Hindari menggunakan jilbab yang dibelitkan dileher atau model ikat leher karena akan mengekibatkan buruknya sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban dan rasa tidak nyaman.
6. Rawatlah rambut misal dengan keramas rambut rutin, merapikan rambut jika rambut terlalu panjang atau sulit diatur. Allah mengingatkan kita untuk memelihara bukan merubah ciptaanNya.

Selamat berjilbab..... Semoga keistiqomahan senantiasa menyertai siapapun yang mencintai Allah dengan melaksanakan kewajibannya untuk menutupi aurat secara sempurna.

Minggu, 20 Desember 2009

antara aku dan Tuhan ku...

aku ....hanya mampu terdiam
ketika ada segerombolan mata-mata
yang melihat, memata-matai jiwa
aku... hanya sedikit bagian orang
yang hatinya tertusuk oleh duri kata
duri sikap n serpihan luka
tapi..
tak banyak yang tau..
apa artinya semua ini
yang ada prasangka,..prasangka
dan sekali lagi prasangka
lagi -lagi...
harus tawar menawar dgn air mata
antara perihnya luka yang sulit terobati
tapi ...tak berani menangis
tak berani bersuara
tak berani berkata kata
takut..ketika semuanya bebuah prasangka
lagi-lagi prasangka yang menghitamkan lara
menggores lembaran-lembaran hitam
yang dulu pernah tersimpan dengan rapi
yag dulu pernah tertutupi
tapi tidak kini
saat ini...
kurasakan hidup begitu suram
sepi, air mata jadi teman setia
tak ada yang bisa mengerti
karna semunya ingin dimengerti
tak ada yang perduli
karena semuanya sibuk memperdulikan diri sendiri
dan menyalahkan orang lain
aku bertanya...
aku menggugat...
dimanakah letak keadilan
hemmhhh....aku hanya mampu menarik nafas panjang
lalu berkata dalam hati
Tuhan...
cukuplah antara aku dan Engkau saja Yang Maha Tahu
Tuhan....
keluarkan aku dari sini..
maafkan aku Tuhan...
aku menggugatMu...
Tolong aku Tuhan....Tolong...

Kamis, 10 Desember 2009

Menjaga Diri Dari Fitnah

Di antara penyebab pertama terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah, yaitu siapnya hati menerima fitnah tersebut, seperti yang disebutkan dalam hadits:
“Fitnah-fitnah didatangkan kepada semua hati...Hati manapun yang mengecapnya, tertorehlah padanya satu noda hitam.”
Demikian pula menerimanya yang berlari padanya. Dalam hadits shahih:
“Orang yang berjalan padanya (fitnah) lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mengintainya, niscaya ia menguasainya.”
Maksudnya mencari-carinya (fitnah), niscaya ia menguasainya.

Dan sesuatu yang paling menggerakkan fitnah adalah banyak berbicara. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya fitnah yang sangat banyak, sesungguhnya ia bermula: 'dengan berkata bohong di hadapan para pemimpin, memberikan informasi kepada mereka. Maka seringkali hal itu memunculkan kemarahan dan pembunuhan, lebih banyak dari pada terjadinya fitnah itu sendiri.
Dan sering sekali fitnah menjadi besar saat seseorang mengambil sikap atas dasar kesalahpahaman. Dan yang lebih berbahaya lagi dalam menyulut api fitnah adalah mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara’. Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwasanya Sahl bin Hanif ra berkata saat terjadinya fitnah di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum: ‘Wahai sekalian manusia, curigalah terhadap pendapat pribadimu di atas agamamu...”
Dan terkadang engkau berlari dari fitnah, maka para pelakunya menyusul engkau, sedangkan engkau tidak ingin terlibat di dalamnya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu ad-Darda`, ia berkata, ‘Jika engkau mengkritik mereka, mereka mengkritik engkau. Jika engkau meninggalkan mereka, mereka tidak meninggalkan engkau. Dan jika engkau berlari dari mereka, mereka pun menyusul engkau...’
Dan terkadang penerimaan terhadap jabatan yang engkau tidak mampu melaksanakannya menjadi sebab terjadinya fitnah terhadap dirimu dan siapapun yang bersamamu. Karena alasan itulah, ‘Amr bin al-‘Ash ra merasa sangat gelisah saat menjelang kematiannya, dan ia teringat kehidupannya bersama Rasulullah saw, hingga ia berkata, ‘Jika aku meninggal dunia pada saat itu, orang-orang berkata, ‘Selamat untuk ‘Amr, ia masuk Islam, lalu ia meninggal maka diharapkan surga untuknya.’ Kemudian setelah itu, aku berkecimpung dengan kekuasaan dan berbagai banyak urusan, maka aku tidak tahu, apakah memudharatkan aku atau berguna untukku.’
Jika engkau menjadi panutan atau memegang jabatan, maka janganlah engkau memberikan tugas kepada manusia yang mereka tidak mampu, maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Maka sesungguhnya Rasulullah saw, tatkala beliau mengetahui bahwa Mu’adz bin Jabal ra memanjangkan shalatnya saat menjadi imam, beliau bersabda kepadanya sebanyak tiga kali:
"Wahai Mu’adz, apakah engkau ingin membuat fitnah?
Dan dalam pidato Umar ra: ‘Perhatikanlah, janganlah kamu memukul kaum muslimin, maka kamu menghinakan mereka. Janganlah kamu memperpanjang (menugaskan mereka terlalu lama, hingga tidak berkumpul dengan keluarga mereka), maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Dan janganlah kamu menghalangi hak mereka, maka kamu membuat kufur kepada mereka.’
Sesungguhnya banyak disibukkan dengan ucapan tanpa bekerja, akan membawa kepada fitnah dan kekacauan. Syaikhul Islam berkata, ‘Apabila manusia meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah SWT akan mencoba mereka dengan mencampakkan permusuhan di antara mereka, hingga terjadi fitnah di antara mereka, sebagaimana yang telah terjadi.’
Di antara pengaruh fitnah, sesungguhnya fitnah itu melupakan orang-orang yang terjerumus di dalamnya tentang kebenaran yang mereka ketahui dan batasan-batasan yang mereka tekuni. Dan sesungguhnya orang yang terjatuh dalam fitnah menjadi ringan ketakwaannya dan tipis agamanya. Karena itulah saat orang-orang dijauhkan dari telaga, Rasulullah saw mengira mereka termasuk umatnya, dijawablah: 'Engkau tidak tahu, mereka telah berjalan mundur.' Yang meriwayatkan hadits berkata (yaitu Ibnu Abi Mulaikah): 'Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu bahwa kami kembali atas tumit kami (murtad) atau kami mendapat fitnah."
Dan dalam hadits yang Hudzaifah ra bertanya tentang keburukan: Wahai Rasulullah, ketenangan di atas asap, apakah maksudnya? Beliau menjawab:
Hati para kaum tersebut tidak kembali seperti semula.'

Yang mensyarahkan hadits tersebut berkata, 'Maksudnya, hati mereka tidak bersih dari sifat dendam dan benci, sebagaimana bersih sebelum hal itu.'
Ketika engkau melihat seorang laki-laki yang berakal, tetapi akhirnya engkau tidak tahu, kemana perginya akal sehatnya di saat terjadinya fitnah (kekacauan). Ibnu Hajar rahimahullah mengutip hadits dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah tentang fitnah: "Kemudian fitnah datang bergelombang seperti gelombang laut, dan ia yang menjadikan manusia padanya seperti binatang.' Maksudnya, tidak ada akal bagi mereka. Dan diperkuat hadits Abu Musa : 'Akal kebanyakan orang di masa itu telah hilang.'
Dan ketika Ibnu Hajar rahimahullah menjelas disunnahkan berlindung dari segala fitnah, hingga kepada orang yang mengetahui bahwa ia berada di atas kebenaran. Ia memberikan alasan atas hal itu dengan penjelasannya: 'Karena sesungguhnya ia bisa membawa kepada terjatuhnya sesuatu yang ia tidak menganggap terjatuhnya.'
Di antara pengaruh terjerumus dalam fitnah yang paling berbahaya adalah tidak memperhatikan nasehat, bahkan sebagian manusia menganggap enteng perbuatan maksiat. Abdullah bin Umar ra berkata: 'Di masa fitnah, kamu tidak menganggap pembunuhan sebagai perbuatan dosa.' Maka, apakah jalan keselamatan dari segala fitnah?
Di antara hal yang dapat menyelamatkan dari fitnah adalah bahwa engkau tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia, sekalipun sabar dalam hal itu terasa berat sekali. sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud:
'Sesungguhnya keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau mengucapkannya) tiga kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia bersikap sabar, alangkah indahnya sabar terhadap bala.'
Dan barangsiapa yang dikelilingi fitnah dan tidak ada yang menyelamatkannya dari fitnah itu, maka hendaklah ia berlari dengan membawa agamanya dari segala fitnah dan memperbanyak ibadah, sebagaimana dalam hadits:
"Beribadah di saat fitnah adalah seperti berhijrah kepadaku."
Berbekal diri dengan amal shaleh sangat dianjurkan untuk menjaga diri dari fitnah sebelum terjadinya. Nabi saw bersabda:
"Segeralah beramal shaleh (mendahului datangnya) segala fitnah."
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan makna hadits tersebut: 'Pengertian hadits tersebut adalah dorongan bersegera melaksanakan amal ibadah sebelum uzur dan sebelum tidak bisa lagi melaksanakannya karena terjadinya fitnah yang menyibukkan, datang silih berganti, lagi sangat banyak.
Dan barangsiapa yang bisa mengendalikan sebab-sebab fitnah, maka hendaklah ia berlepas diri darinya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits:
"Patahkanlah padanya yang keras darimu."
Sehingga Ka'ab bin Malik ra menyebutkan cerita tiga orang yang tertinggal (dari perang Tabuk), bagaimana surat dari Raja Ghassan sampai kepadanya, yang isinya: 'Telah sampai berita kepadaku bahwa temanmu (Nabi Muhammad saw) telah menjauhimu, dan Allah SWT tidak menjadikanmu di negeri kehinaan dan kesempitan, maka datanglah kepada kami, niscaya kami akan membantumu.' Ka'ab ra berkata: 'Tatkala aku membaca surat tersebut, aku berkata: ini juga termasuk bala, lalu aku menuju tempat pembakaran roti, maka aku membakar surat tersebut."
Berdoa agar selalu terjaga dari kejahatan segala fitnah merupakan salah satu sebab keselamatan. Di dalam Musnad Ahmad:
"Dan apabila engkau menghendaki fitnah terhadap hamba-hamba-Mu, hendaklah engkau mengambilku kepada-Mu, tanpa terlibat fitnah."
Dalam doa Umar ra: 'Kami berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan segala fitnah.' Dan Anas ra berkata: 'Berlindung kepada Allah SWT dari segala fitnah.'
Dan yang menyelamatkan engkau di sisi Allah SWT bahwa engkau mengingkarinya dan tidak ridha dengannya, serta jangan membantu atasnya. Nabi saw bersabda:
"Hati apapun yang mengingkarinya, niscaya tertoreh padanya titik putih, sehingga hati menjadi putih seperti batu yang licin, fitnah tidak membahayakannya selama masih adanya langit dan bumi.'
Dan penyelamat yang paling penting adalah bahwa seseorang memahami agamanya dan membedakan batas-batas syara' tanpa kerancuan. Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah sebuah hadits dari Hudzaifah ra, ia berkata padanya: 'Fitnah tidak membahayakanmu selama engkau mengenal agamamu. Sesungguhnya fitnah itu terjadi, apabila samar atasmu di antara kebenaran dan kebatilan.'
Sekalipun disertai semua sebab keselamatan ini dan yang lainnya, hati harus tetap bergantung kepada Allah SWT. Dan benarlah: "Sesungguhnya keberuntungan adalah bagi orang yang menjauhi fitnah." Maka menjauhi segala fitnah adalah pemeliharan rabbani, lebih banyak daripada usaha manusia. Maka ambillah segala sebab dan memintalah pertolongan kepada Allah SWT.

Oleh : Mahmud Muhammad Al Khazandar

Hubungan antara sholat dan sakit

Hubungan antara sholat dan sakit Sholat merupakan kewajiban bagi seorang muslim baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pasien yang dirawat d...